Sabtu, 09 Februari 2019

"Luruh"


Untuk setiap tangis yang tumpah pada semesta yang basah. Percayalah rencana Tuhan jauh lebih indah.


Dalam sudut ruang yang temaram, aku terpejam. Aku terpejam sejenak hendak menatapmu lekat. Melalui bayang kau menjelma menjadi malam. Menarikku semakin jauh dalam gelapmu.

Aku terdiam. Menatap huruf itu lama, berharap kau hidup didalamnya.
Alunan awan dan angin yang teduh
Bayang punggung yang menjauh

Luruh

Tak cukup kata atas apa yang aku rasa. Merintih tapi tak sedih. Meraung tapi tertawa. Adakah kata untuk semacam riang, tapi sendu? Semacam rindu, tapi pilu?
Dadaku riuh, tiba-tiba kurasa rindu yang bergemuruh. Tetapi kamu bukan lagi milikku.
Aku bukan lagi pulangmu.

Benar namamu bukan lagi milikku. Bahkan ketika aku mengeja setiap huruf itu satu persatu hingga mata benar-benar terpejam. Aku masih tersesat dalam penyesalan.

Tuan, sekian lama membersamaimu, setelah apa yang hadir di waktu silam, aku belajar begitu banyak. Berada di titik ini dan memandangi wajahmu di antara gambar-gambar pada laman maya membuatku tersenyum bahagia. Iya, sesederhana itu bahagiaku setelah memutuskan jatuh cinta denganmu. Meski pada akhirnya perasaanku harus menguap sebelum sampai di hadapanmu, aku tetap berbahagia.

Bukankah sudah aku katakan aku akan tetap bersyukur meski akhirnya harus jatuh tersungkur?

Selepas titik yang kau buat, aku kembali meresapi setiap detik tanpa adanya kau disisiku. Mengenang setiap luka yang aku ciptakan sendiri. Meratapi bahwa aku pernah bersikeras sendirian untukmu. Sebelum sadar semua usaha itu pelan-pelan menghilangkan diriku. 

Tak apa. Sungguh, karena denganmulah satu-satunya kisah yang ingin aku tutup rapat-rapat.

Bagaimanapun akhirnya kita. Aku akan tetap bersyukur kita pernah bersama. Meski hanya sebatas pernah. Seperti apapun kita saat ini. Aku bersyukur pernah menjadi yang kau sayang. Pernah menjadi yang kau cari ketika hilang. Pernah kau jadikan rumah dari segala keluh kesah. Pernah menjadi yang kau perjaungkan.

Meski pada akhirnya kini kita bahkan menganggap semua adalah sebuah kesalahan. Terimakasih, kau yang masih dalam ingatan.

Aku, biarlah seperti ini. Biarlah sendiri. Biarlah menata langkahku sendiri. Kelak akan kau temui, bahwa aku akan tumbuh menjadi lebih baik dari hari ini. Sampai jumpa di lain hati. Pada perasaan kita yang tak sama lagi. Terimakasih pernah ada, meski akhirnya harus saling lupa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar