Pelajaran dipelajari; mimpi adalah hal-hal yang lucu. Seperti aku yang bermimpi bahwa kita adalah dua yang menua bersama.
Beberapa saat setelah
kuputuskan berhenti menyukaimu, aku malah ingin kembali menyatakannya. Tak
bisakan sikapmu biasa saja? Bukankah sudah aku katakana, berhenti bermain-main.
Sekarang aku adalah apa dan
kau adalah siapa. Aku adalah bekas jejak dan kau deretan sajak. Bukan soal
kisah cinta per babak, tapi deretan ruang yang retak. Kembali ke realita, hidup
tak melulu soal sendu. Kisahku tak melulu soal kamu.
Terima kasih sudah
menyesalkan kepergianku. Sekarang aku mengerti, ada yang istimewa
dari sebuah perpisahan. Kau tak percaya? Baiklah.
Tidak semua perpisahan mengandung lara, walaupun benar
tidak ada yang baik-baik saja tentang sebuah perpisahan. Karena bertahan tidak selamanya
menyisakan suka. Satu hal yang
perlu kau tahu, pada akhirnya semua akan berubah. Pada akhirnya semua akan
bosan sakit hati. Lama-lama akan menemukan cara untuk berhenti. Dan aku sudah
sampai pada titik kesadaran, dimana ketika aku tidak ada saja kau tidak peduli.
Lalu apa arti hadirku sebenarnya?
Meninggalkan tak pernah jadi mudah, dan yang ditinggalkan
hanya memberi luka. Aku harus terima
bahwa sebaik-baiknya cara untuk mencintaimu adalah dengan tidak membersamaimu.
Itulah hal yang istimewa
dari sebuah perpisahan.
Menjadi aku tanpa adanya
kamu itu membutuhkan waktu. Karena tanpa bisa aku cegah, sebagian diriku ikut
pergi mengiringi langkah kita yang terhenti. Hingga proses pada
waktu yang entah sampai kapan ini, tak usah kau usik aku dengan pesan; “Bagaimana kabarmu?”.
Aku biarlah seperti ini.
Biarlah menulis setiap kalimatku sendiri. Karena perasaan tak selalu menemukan
rumah di telinga orang lain.
Aku akan berusaha untuk
tidak peduli. Sebab aku yakin, di dunia ini, ada lebih banyak patah hati yang
bertambah kuat setelah ditempa rasa sakit yang hebat. Hingga aku
mengerti, adanya sebuah pelajaran bagi perasaan yang membutuhkan
sebuah proses dalam riuh kenangan. Setidaknya cukup untuk mengetahui bahwa
semuanya baik-baik saja.
Pada akhirnya tak ada yang
ingin memberi kesempatan pada kegelisahan.Pada akhirnya kita hanyalah sebuah
kesalahan yang saling melupakan. Dan aku, sungguh tidak sabar hari itu tiba.
Hari ketika kita berpapasan kembali, namun tidak saling mengenali. Tidak peduli
seberapa parah sakit yang kita lalui. Tidak peduli seberapa dalam pernah yang
kita arungi.
Meskipun aku tidak tahu,
seberapa lama waktu yang aku butuhkan.
Yang jelas;
kamu,
kita,
akan aku hapus
perlahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar